Hello guys... kali ini kita akan membahas mesin Mercedes-Benz 1521 semua pasti setuju bahwa bus Mercedes–Benz OH 1521 Intercooler adalah
bus yang paling “reliable”. Bertenaga cukup dan memiliki bantingan yang nyaman, berhasil membawa produk ini menjadi salah satu produk bus Mercedes – Benz di Indonesia yang paling laris. Seiring berkembangnya jaman, mesin ini mulai diregenerasi dengan produk – produk terbaru dari Mercedes, namun 1521 ini tidaklah dilupakan begitu saja..
Mesin ini lahir kembali dalam format yang lebih ringkas, OM 366 LA II 6 silinder berkubikasi 6000-an cc yang bertenaga 208 hp/2600 rpm dan bertorsi 660 Nm pada 1400 rpm direplace dengan OM 924 LA yang kini hanya memiliki 4 silinder dan kapasitasnya hanya 4800 cc. Namun berkat “otak pintar” alias
engine management yang disematkan oleh Mercedes, mesin yang lebih kecil ini sanggup memproduksi tenaga yang sama besarnya, bahkan dari sisi torsi, mesin baru ini unggul 80 nm dibandingkan OH 1521 terdahulu.
Spesifikasi OH 1521 E III
Mesin
OM 924 LA Euro 3, diesel 4-silinder segaris, injeksi langsung dengan turbocharger dan intercooler
Diameter langkah 106/136 mm
Isi Silinder
4.800 CC
Daya maksimum
133 kW (210 HP) pada 2.200 rpm.
Torsi maksimum
740 Nm pada 1.480-1600 rpm
Kopling
MF 295 Single Disc, Dry, servo hydraulic actuated
Transmisi
MB G85-6/70-073 manual 6-percepatan maju, satu mundur.
Kecepatan maks
120 km/h
Perbandingan gigi
5.222 (47.9)
Berat (GVW)
15.000 kg
Suspensi depan
Pegas daun dengan peredam kejut dan stabilizer
Suspensi belakang
Pegas daun dengan peredam kejut dan stabilizer

OM 924 LA, ukurannya kompak namun jangan remehkan tenaga yang dihasilkan
Chassis / Mesin ini sendiri sudah lama dirilis setelah
1525 dan 1518 xbc hadir, dan hampir bersamaan dengan hadirnya 1526. Keunggulan dari OH 1521 E III ini adalah disematkannya 3 ECU, yang mana pada 1525 dan 1526 masing – masing hanya menyematkan 2 ECU. Teknologi yang disematkan semuanya lebih berfokus pada keawetan mesin dan keselamatan. OH 1521 E III ini akan secara bertahap menurunkan tenaga mesin dikala mesin sudah menyentuh temperatur tinggi, mulai 97 derajat celcius.. alarm akan berbunyi untuk memberitahukan pengendara kemudian bila mesin masih dipaksakan bekerja hingga menyentuh 105 derajat celcius mesin akan otomatis menurunkan tenaganya, dan bila pengemudi masih ngeyel juga membejek bus, hingga overheating, bus tidak akan lagi merespon injakan pedal gas lagi dari si driver, bahkan akan otomatis berhenti
Kecanggihan tidak hanya sebatas itu saja, dalam kondisi darurat semisal kabel pedal gas yang memiliki panjang 9 meter hingga mesin putus karena suatu hal, bus akan mengkondisikan diri secara otomatis, putaran mesin akan terjaga pada rpm 1300 – 1500, yang mana sudah lumayan untuk membantu bus tetap berjalan. Driver masih bisa memiliki kendali penuh walau kondisi pedal gas sudah tidak berfungsi lagi. Pada kasus ini pedal rem pun mengambil alih juga sebagai pengontrol rpm mesin, yang mana kala ditekan, mesin akan menurunkan putarannya hingga 600 rpm.

Fitur lainnya yang sangat bermanfaat adalah dimaksimalkannya Engine Brake dan Sistem pengereman Full Air Brake, iya seperti yang dilakukan Oleh Hino pada
RK Series, Mercedes juga mengadopsinya dan bila tekanan angin menipis bus akan mengerem, jadi kasus – kasus rem blong yang sering ditemui pada bus – bus lama dipastikan akan hilang. dan juga distribusi kekuatan pengereman yang disempurnakan demi kenyamanan penumpang, ketika si driver menekan pedal rem, bus awalnya akan melakukan deselerasi pada roda belakang, dan ketika kecepatan tereduksi barulah roda depan akan mulai mengerem dengan tekanan pedal yang lebih dalam. Tidak heran MB begitu bangga dengan produknya OH 1521 E III ini dan menjulukinya si “Bus Pintar”
Namun iklim persaingan saat ini lebih menyukai bus dengan mesin yang dapat memproduksi tenaga yang lebih besar, bukan alasannya karena gengsi – gengsian antar perusahaan otobus, tapi penulis sendiri cenderung melihat ke arah keflexibelan chassis / mesin tersebut bila memiliki power yang lebih besar. Ya, sekarang adalah eranya dimana penumpang sudah mulai kritis dan lebih detail dalam melihat bus mana yang “cocok” untuk ditumpangi. Maka dari itu setiap ada body baru dari karoseri, dipastikan bus dengan mesin yang lebih bertenaga akan mampu menghandlenya karena beberapa waktu ini tren body bus semakin tinggi, semakin mengutamakan keluasan kabin dan bagasi, yang konsekuensinya tentu saja bobot bus bertambah.. dan ini masih sanggup dihandle dengan bus bertenaga besar.
OH 1521 E III tentu saja masih sanggup menghandlenya bahkan bila diberikan body berat. Seperti misalnya
Adiputro Jetbus 2+ SHD yang dipasangkan pada
OH 1521/60. Walau banyak yang pesimis akan kemampuannya tapi penulis merasa bahwa perbedaan performa tidaklah signifikan, paling hanya terasa di kala menanjak.. namun bila di trek yang dominan datar seperti Lintas Pantura, bus ini sangat Ideal. Tercatat perusahaan yang paling banyak menggunakan OH 1521 EIII ini adalah Perum Damri, dan banyak dioperasikan sebagai bus bandara. Selain itu banyak juga PO yang menggunakan OH 1521 E III ini untuk armada Pariwisatanya karena efisien dalam konsumsi bahan bakar.